Beritateratas.com - Ada cerita 'kutukan' di balik nomor urut pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Kutukan itu melekat pada pasangan calon bernomor urut satu.
Kutukan pada nomor urut satu telah terjadi sejak 2007 lalu ketika pemilihan gubernur DKI Jakarta dilakukan secara langsung untuk pertama kalinya. Sejak saat itu, tak satu pun pasangan calon yang mendapat nomor urut satu berhasil keluar sebagai pemenang Pilkada DKI Jakarta.
Pasangan calon yang merasakan kutukan nomor urut satu untuk kali pertama adalah pasangan Adang Darajatun-Dani Anwar yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera.
Saat itu, Adang-Dani yang tak menghadiri acara pengundian nomor urut di KPU DKI Jakarta mendapat nomor urut satu setelah pesaingnya, pasangan Fauzi Bowo-Prijanto mendapat nomor urut dua ketika mengambil undian nomor.
Peristiwa itu sempat memicu sedikit kericuhan karena sebagian pendukung Foke-Prijanto memprotes ketidakhadiran Adang-Dani. Mereka meminta KPU DKI Jakarta menyerahkan nomor urut satu kepada Foke-Prijanto dengan alasan bentuk penghormatan atas kehadiran pasangan tersebut.
Protes dan permintaan para pendukung Foke-Prijanto sebenarnya dapat dipahami mengingat nomor satu kerap diasosiasikan dengan segala hal yang berbau positif. Oleh sebagian masyarakat, nomor satu lazim diyakini sebagai nomor pembawa keberuntungan atau simbol kemenangan.
Hal inilah yang kemungkinan juga diyakini para pendukung Foke-Prijanto kala itu. Namun, KPU DKI Jakarta yang saat itu diketuai oleh Juri Ardiantoro, menolak permintaan kubu Foke.
Tak ada yang bisa menebak apa hasilnya jika KPU DKI Jakarta mengabulkan permintaan pendukung Foke-Prijanto. Yang pasti, kemenangan Foke-Prijanto saat itu diraih saat statusnya sebagai pasangan nomor urut dua.
Foke-Prijanto yang diusung oleh sejumlah partai besar seperti PPP, Partai Demokrat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, PKB, dan PAN berhasil meraih 2.109.511 suara atau 57,87 persen dari total pemilih. Sedangkan, pasangan Adang-Dani yang didukung Partai Keadilan Sejahtera mendulang 1.535.555 suara atau 42,13 persen.
Nomor urut satu kembali memakan korban di Pilkada Jakarta berikutnya tahun 2012. Kali ini korbannya justru calon petahana Fauzi Bowo yang berpasangan dengan Nachrowi Ramli.
Foke yang saat itu didukung oleh lebih dari lima partai ternyata hanya mampu merebut 1.476.648 juta atau 34,05% suara pada Pilkada putaran pertama. Ia dan Nara, sapaan Nachrowi kalah dari pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang mendapatkan 1.847.157 atau 42,60% suara.
Di putaran kedua, Foke kembali kalah setelah hanya berhasil meraih 2.120.815 atau 46,18% suara.
Pada pengundian nomor urut Cagub - Cawagub DKI 2017, pasangan calon Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni mendapatkan nomor urut satu. Bila ini terjadi, maka akan memperpanjang daftar kutukan nomor urut 1.
Ramalan Mengejutkan tentang Ahok.
Sebelum dimulai pengundian nomor urut paslon DKI, ada sebuah akun yang sering menyampaikan ramalan - ramalan yang akurat.
Dikutip redaksi dari FP Madam Abigail, di post 4 jam lalu, atau sekitar jam 18.00,
akun ini menulis Ahok Djarot Nomer 2. Kenyataannya Ahok - Djarot nomor 2.
Yang menariknya terpantau di akun ini beberapa kali memposting ramalan tentang Ahok - Djarot yang menurutnya akan menang di pilkada 2017 walau hanya selisih tipis.
Bagaimana menurut anda? Walahualam
Penulis: Vita Risma
0 Response to "Pilkada Jakarta dan 'Kutukan' Nomor Urut 1. Ternyata Ini Mengejutkan....!!"
Posting Komentar